Quarter Life Crisis
QUARTER LIFE CRISIS
Apa sih quarter life crisis
itu?
So that is the most question I always got when I tell my friends “I’m going through quarter life crisis now. Don’t you feel the same?”
So that is the most question I always got when I tell my friends “I’m going through quarter life crisis now. Don’t you feel the same?”
Yes,
most of my friends don’t know what quarter life crisis is.
Dan buat kamu yang kebetulan juga belum tahu, I’ll explain you
about this one.
Quarter life crisis adalah masa dimana seseorang yang berada di umur 25an (biasanya umur 20’s ke 30’s) sedang mengalami kegalauan mempertanyakan hidupnya. Mempertanyakan seperti apa yang sudah dia lakukan di masa lalunya, dan sekarang apa yang sudah dia dapatkan, lalu apa yang harus dia lakukan untuk hidupnya. Berputar-putar di situ saja tuh, kegalauannya. Lebih jelasnya this is what happen when you’re going through the quarter life crisis :
Quarter life crisis adalah masa dimana seseorang yang berada di umur 25an (biasanya umur 20’s ke 30’s) sedang mengalami kegalauan mempertanyakan hidupnya. Mempertanyakan seperti apa yang sudah dia lakukan di masa lalunya, dan sekarang apa yang sudah dia dapatkan, lalu apa yang harus dia lakukan untuk hidupnya. Berputar-putar di situ saja tuh, kegalauannya. Lebih jelasnya this is what happen when you’re going through the quarter life crisis :
Study or
Work?
Kebimbangan
ini lah yang sering menghampiri para quarter life crisis. Apakah kamu
ingin melanjutkan studi S2 atau ingin bekerja saja and then start earn money.
Di satu sisi, kamu merasa pendidikan itu penting, selain untuk menambah
peluang mendapatkan pekerjaan yang baik juga akan menaikkan derajatmu sebagai orang yang berpendidikan. Tapi setelah menentukan ingin kuliah saja
pun, kamu masih bingung ingin kuliah di dalam negeri atau luar negeri. Ingin
mengambil jurusan apa. Di lain sisi, kerja pun, bingung, karena masih belum
menemukan passionmu. Atau jika kamu sudah bekerja, you've had like
100 jobs in the last 2 years. Move from one company to another company.
And everyday you arrived at home from work, you started ask your self "Is
this what I really want?"
"All
of my friends are start getting married. When my time's come?"
Pertanyaan
itu selalu muncul di kepalamu setiap kali kamu menerima undangan pernikahan
temanmu. Atau bahkan tidak jarang ketika lebaran atau hari natal tiba kamu
dihujani oleh pertanyaan “Kapan nikah?”, “Pacarnya mana? Kok belum
dikenalin?”. Pertanyaan-pertanyaan itu akan sering menyapamu di fase ini.
Kamu yang sedang dalam masa jenuh dengan pekerjaan, atau
kamu yang masih bingung apakah ingin kuliah atau bekerja, mulai berpikir,
"Apa aku menikah saja, ya?". Namun tidak lama kamu kembali sadar, "Oh ya, I don't even have a
boy/girlfriend”. Lalu kamu-pun mulai meminta teman/kerabat/keluarga
untuk mengenalkanmu pada seseorang yang dapat diajak serius. Kamu yang
mempunyai pacar-pun bingung, apakah dia merupakan orang yang tepat? Apakah
hubungan ini akan berakhir dengan tragis seperti sinetron? Hhh. Frustating, kan?
Kamu tidak ingin merepotkan orang tua lagi. Tapi…
Kamu
sebagai orang dewasa sudah mulai berpikir ingin hidup mandiri. Kamu yang tidak
ingin membebani orang tua atau keluarga sudah mulai mencari cara agar dapat
memenuhi kebutuhanmu tanpa merepotkan mereka. Tapi, tetap ada hal yang menjadi
penghalang keinginanmu itu.
Gajimu
sebagai
fresh graduate, masih belum bisa menutupi biaya DP mobil/motor yang
akan kamu gunakan sehari-hari ke kantor. Terlebih jika kamu sudah ingin
menyicil rumah. Terkadang bahkan pengeluaranmu sebulan yang masih belum bisa
kamu manage dengan baik melebihi incomemu sehingga kamu perlu meminjam atau
meminta uang tambahan ke orang tua. Lagi-lagi rasa tidak enak menghampirimu.
Apalagi saat kamu teringat bahwa di umur segini kamu bahkan masih merepotkan
mereka yang tanpa kamu sadari semakin menua dari hari ke hari.
The grass
is always greener on the other side
Tidak dapat
dipungkiri jika zaman sekarang orang-orang akan menghabiskan sebagian waktunya
di media sosial. But social media can also be your nightmare. Pictures of friends
graduated, getting married, or work in a great company will haunt your
Instagram feed or Facebook home. Media sosial akan
mempengaruhimu dalam membanding-bandingkan progress dirimu saat ini dengan
teman-temanmu. Kamu mulai mendefinisikan “sukses” itu dengan hal-hal yang
sempit. Dan itu akan semakin membuat dirimu tertekan atas pencapaian
teman-temanmu. Dan pada akhirnya, kamu kembali mempertanyakan nasibmu sendiri.
Akankah kamu sukses seperti mereka?
Friendship
Tidak perlu panjang lebar mengenai hal ini. Karena di
fase ini kamu akan benar-benar semakin menyaring inner circlemu. Kamu masih
senang berteman, namun kamu sudah tidak mementingkan seberapa banyak temanmu,
tapi seberapa bernilainya pertemanmu. This is not about quantity, but quality.
So, are you
guys feel this too? If yes, you’re in this quarter life crisis, then.
But don't panic. Everything has the way out, tentu saya tidak akan hanya menjelaskan ke kamu apa
itu quarter life crisis. Saya juga akan dengan senang hati berbagi tips yang telah saya
kumpulkan dalam mengatasi quarter life
crisis agar kita tidak selamanya terjebak dalam “black hole” ini. So let’s figure
it out what should we do :
Stop
blaming your self
Bersabarlah dengan dirimu sendiri.
Tanamkan di kepala mu, bahwa semua ini merupakan kehendak yang di atas. Jangan
menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi saat ini. Bersabarlah. Bersabar bukan
berarti pasrah. Tapi biarkan dirimu melakukan yang terbaik and let God do the
rest.
Stop
comparing yourself to others
Berhentilah membandingkan dirimu dengan
orang lain. Setiap orang memiliki kisah hidupnya sendiri. Kamu melihat mereka
yang kini telah sukses, tidak tahu apa yang sudah mereka lewati dalam
mendapatkan semua itu. Jadikan lah itu sebagai suatu acuan atau motivasi bagimu untuk menjadi sosok yang lebih baik. Karena kesuksesan tidak terjadi dalam
satu dua hari. It
happens in decade, buddy.
Find some
positive things to do
Daripada kamu berdiam diri di kamar,
memikirkan jawaban yang bahkan kamu tidak tahu pertanyaannya apa, coba lah
untuk melakukan hal-hal positif untuk mengalihkan pikiranmu. Try to open up your
window, let in some fresh air. Go for a run. Start do yoga. Engage with community
that have related strugle like yours. Read some books. Watch a movie that could
inspire you. Karena terkadang jawaban terbaik akan datang ketika kita
berhenti duduk memikirkan jawaban atas pertanyaan itu.
Bersyukur
Sangat umum, ya? I know. Tapi coba
lah untuk bersyukur atas nikmat yang kamu dapatkan saat ini ketika kamu
bangun tidur. Coba lah untuk memperhatikan orang-orang di jalan ketika kamu
pulang dari kuliah atau kantor. Apakah mereka
lebih baik dari apa yang kamu dapatkan saat ini? Coba lah mengingat kembali
kabar teman mu yang masih berada jauh di bawahmu. Apakah
kamu lebih menderita daripada mereka?
*kemudian tersadarkan*
Tips di atas bisa kamu coba lakukan secara perlahan. I hope those can help your struggle of get out of this quarter life crisis.
I’m still working on it too,
anyway. Haha.
So, it's a wrap! Lebih baik kita relax saja, guys.
Ini adalah fase yang akan kita alami dalam kehidupan ini. Coba deh, try to search more information about this. Dari
story mereka, semuanya bisa melalui
ini, kok. Dan memang hal yang lumrah terjadi di umur seperempat abad ini.
What
you have to keep inside your head right now is, this is God’s way to make you
more awesome than before. Pasti kamu bisa melewati dan
mendapatkan pencerahan apa yang sebenarnya kamu inginkan di dunia ini seiring
berjalannya waktu. So,
just chill, buddy! Let’s enjoy your quarter life crisis. Because you’re not
alone.
Nothing will ruin your 20’s more than thinking.
Because sometimes the best answer come when you stop sitting
around obsessing over finding them.
I'll see you next time. Bye!
3 Comments
Working on it too baby
ReplyDeleteWell its good to think about yourself and the future. Tapi harus bersyukur dengan apa yang sudah diraih dan mesti jalan terus no matter what. Hoho. Been there.
ReplyDeleteBetchuul. Yang penting bersyukur adalah hal paling utama. Hehe
Delete