Quarter Life Crisis

by - December 19, 2018



QUARTER LIFE CRISIS


Image Source: instagram.com/quarterlifepoetry


Apa sih quarter life crisis itu?


So that is the most question I always got when I tell my friends “I’m going through quarter life crisis now. Don’t you feel the same?”

Yes, most of my friends don’t know what quarter life crisis is. Dan buat kamu yang kebetulan juga belum tahu, I’ll explain you about this one.


Quarter life crisis adalah masa dimana seseorang yang berada di umur 25an (biasanya umur 20’s ke 30’s) sedang mengalami kegalauan mempertanyakan hidupnya.  Mempertanyakan seperti apa yang sudah dia lakukan di masa lalunya, dan sekarang apa yang sudah dia dapatkan, lalu apa yang harus dia lakukan untuk hidupnya. Berputar-putar di situ saja tuh, kegalauannya. Lebih jelasnya this is what happen when you’re going through the quarter life crisis :

Study or Work?
Kebimbangan ini lah yang sering menghampiri para quarter life crisis. Apakah kamu ingin melanjutkan studi S2 atau ingin bekerja saja and then start earn money. Di satu sisi, kamu merasa pendidikan itu penting, selain untuk menambah peluang mendapatkan pekerjaan yang baik juga akan menaikkan derajatmu sebagai orang yang berpendidikan. Tapi setelah menentukan ingin kuliah saja pun, kamu masih bingung ingin kuliah di dalam negeri atau luar negeri. Ingin mengambil jurusan apa. Di lain sisi, kerja pun, bingung, karena masih belum menemukan passionmu. Atau jika kamu sudah bekerja, you've had like 100 jobs in the last 2 years. Move from one company to another company. And everyday you arrived at home from work, you started ask your self "Is this what I really want?"


"All of my friends are start getting married. When my time's come?"
Pertanyaan itu selalu muncul di kepalamu setiap kali kamu menerima undangan pernikahan temanmu. Atau bahkan tidak jarang ketika lebaran atau hari natal tiba kamu dihujani oleh pertanyaan “Kapan nikah?”, “Pacarnya mana? Kok belum dikenalin?”. Pertanyaan-pertanyaan itu akan sering menyapamu di fase ini.
Kamu yang sedang dalam masa jenuh dengan pekerjaan, atau kamu yang masih bingung apakah ingin kuliah atau bekerja, mulai berpikir, "Apa aku menikah saja, ya?". Namun tidak lama kamu kembali sadar, "Oh ya, I don't even have a boy/girlfriend”. Lalu kamu-pun mulai meminta teman/kerabat/keluarga untuk mengenalkanmu pada seseorang yang dapat diajak serius. Kamu yang mempunyai pacar-pun bingung, apakah dia merupakan orang yang tepat? Apakah hubungan ini akan berakhir dengan tragis seperti sinetron? Hhh. Frustating, kan?


Kamu tidak ingin merepotkan orang tua lagi. Tapi…
Kamu sebagai orang dewasa sudah mulai berpikir ingin hidup mandiri. Kamu yang tidak ingin membebani orang tua atau keluarga sudah mulai mencari cara agar dapat memenuhi kebutuhanmu tanpa merepotkan mereka. Tapi, tetap ada hal yang menjadi penghalang keinginanmu itu.
Gajimu sebagai fresh graduate, masih belum bisa menutupi biaya DP mobil/motor yang akan kamu gunakan sehari-hari ke kantor. Terlebih jika kamu sudah ingin menyicil rumah. Terkadang bahkan pengeluaranmu sebulan yang masih belum bisa kamu manage dengan baik melebihi incomemu sehingga kamu perlu meminjam atau meminta uang tambahan ke orang tua. Lagi-lagi rasa tidak enak menghampirimu. Apalagi saat kamu teringat bahwa di umur segini kamu bahkan masih merepotkan mereka yang tanpa kamu sadari semakin menua dari hari ke hari.

The grass is always greener on the other side
Tidak dapat dipungkiri jika zaman sekarang orang-orang akan menghabiskan sebagian waktunya di media sosial. But social media can also be your nightmare. Pictures of friends graduated, getting married, or work in a great company will haunt your Instagram feed or Facebook home. Media sosial akan mempengaruhimu dalam membanding-bandingkan progress dirimu saat ini dengan teman-temanmu. Kamu mulai mendefinisikan “sukses” itu dengan hal-hal yang sempit. Dan itu akan semakin membuat dirimu tertekan atas pencapaian teman-temanmu. Dan pada akhirnya, kamu kembali mempertanyakan nasibmu sendiri. Akankah kamu sukses seperti mereka?

Friendship
Tidak perlu panjang lebar mengenai hal ini. Karena di fase ini kamu akan benar-benar semakin menyaring inner circlemu. Kamu masih senang berteman, namun kamu sudah tidak mementingkan seberapa banyak temanmu, tapi seberapa bernilainya pertemanmu. This is not about quantity, but quality.


So, are you guys feel this too? If yes, you’re in this quarter life crisis, then.


But don't panic.  Everything has the way out, tentu saya tidak akan hanya menjelaskan ke kamu apa itu quarter life crisis. Saya juga akan dengan senang hati berbagi tips yang telah saya kumpulkan dalam mengatasi quarter life crisis agar kita tidak selamanya terjebak dalam “black hole” ini. So let’s figure it out what should we do :

Stop blaming your self
Bersabarlah dengan dirimu sendiri. Tanamkan di kepala mu, bahwa semua ini merupakan kehendak yang di atas. Jangan menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi saat ini. Bersabarlah. Bersabar bukan berarti pasrah. Tapi biarkan dirimu melakukan yang terbaik and let God do the rest.

Stop comparing yourself to others
Berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain. Setiap orang memiliki kisah hidupnya sendiri. Kamu melihat mereka yang kini telah sukses, tidak tahu apa yang sudah mereka lewati dalam mendapatkan semua itu. Jadikan lah itu sebagai suatu acuan atau motivasi bagimu untuk menjadi sosok yang lebih baik. Karena kesuksesan tidak terjadi dalam satu dua hari. It happens in decade,  buddy.

Find some positive things to do
Daripada kamu berdiam diri di kamar, memikirkan jawaban yang bahkan kamu tidak tahu pertanyaannya apa, coba lah untuk melakukan hal-hal positif untuk mengalihkan pikiranmu. Try to open up your window, let in some fresh air. Go for a run. Start do yoga. Engage with community that have related strugle like yours. Read some books. Watch a movie that could inspire you. Karena terkadang jawaban terbaik akan datang ketika kita berhenti duduk memikirkan jawaban atas pertanyaan itu.

Bersyukur
Sangat umum, ya? I know. Tapi coba lah untuk bersyukur atas nikmat yang kamu dapatkan saat ini ketika kamu bangun tidur. Coba lah untuk memperhatikan orang-orang di jalan ketika kamu pulang dari kuliah atau kantor. Apakah mereka lebih baik dari apa yang kamu dapatkan saat ini? Coba lah mengingat kembali kabar teman mu yang masih berada jauh di bawahmu. Apakah kamu lebih menderita daripada mereka?

*kemudian tersadarkan*

Tips di atas bisa kamu coba lakukan secara perlahan. I hope those can help your struggle of get out of this quarter life crisis.
I’m still working on it too, anyway. Haha. 

So, it's a wrap! Lebih baik kita relax saja, guys. Ini adalah fase yang akan kita alami dalam kehidupan ini. Coba deh, try to search more information about this. Dari story mereka, semuanya bisa melalui ini, kok. Dan memang hal yang lumrah terjadi di umur seperempat abad ini.

What you have to keep inside your head right now is, this is God’s way to make you more awesome than before. Pasti kamu bisa melewati dan mendapatkan pencerahan apa yang sebenarnya kamu inginkan di dunia ini seiring berjalannya waktu. So, just chill, buddy! Let’s enjoy your quarter life crisis. Because you’re not alone.

Nothing will ruin your 20’s more than thinking.
Because sometimes the best answer come when you stop sitting
around obsessing over finding them.

I'll see you next time. Bye!



You May Also Like

3 Comments

  1. Well its good to think about yourself and the future. Tapi harus bersyukur dengan apa yang sudah diraih dan mesti jalan terus no matter what. Hoho. Been there.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betchuul. Yang penting bersyukur adalah hal paling utama. Hehe

      Delete